Nama : Najwa Ruki Umanu
NIM : 30323030
Prodi
: D3 Farmasi
Kelas
: C2
Etos Kerja Muslim: Menuju Prestasi yang Optimal
Pendahuluan
Kerja adalah sebuah
aktivitas yang sangat mulia. Dalam agama islam. Manusia didorong untuk bekerja
sehingga dapat menjadi seorang yang mandiri dan dapat membantu orang lain. Oleh
sebab itu, dalam agama islam berkerja merupakan sebuah ibadah karena hal
tersebut adalah salah satu bukti bahwa umatnya dapat menjalankan perintah dari
Allah SWT. Agama islam juga mengatur setiap aspek kehidupan manusia, termasuk
mengatur masalah etos kerja.
Dalam bahasa Yunani, etos
berasal dari bahasa Yunani yaitu “ethos” yang artinya kepribadian, sikap,
karakter, dan watak atas sesuatu. Etos kerja adalah sifat yang muncul atas
kehendak dan kesadaran sendiri yang didasari oleh sistem orientasi nilai budaya
terhadap kerja (sukardewi, 2013:3).
Menurut Hafidhuddin (2003) Islam
mendorong umatnya memiliki semangat bekerja dan beramal, serta menjauhkan diri
dari sifat malas. Kerja dalam Islam memiliki nilai tinggi dan mulia, yang
merupakan dasar setiap kebesaran dan jalan menuju kesuksusesan. Dengan kerja,
manusia akan hidup mulia, dapat merekayasa waktu guna mengembangkan kekayaan
(Sahmiar Pulungan, 2014: 512).
Etos Kerja dalam Islam
Etos kerja dalam pengertian
Islam, dikutip dari laman MUI Digital, merupakan seseorang yang menanamkan
pemikiran bahwa bekerja bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga sebagai bentuk
dari amal saleh. Alhasil, orang tersebut akan memperhatikan segala bentuk
kehalalan dalam pekerjaannya.
Beberapa unsur yang harus ada dalam etos kerja adalah:
1. ketepatan waktu
2. akhlak yang murni
3. kejujuran
4. istiqom (kuat, mandiri)
Setiap umat muslim diminta
untuk bekerja, mau seperti apapun hasilnya nanti. Umat muslim diharapkan untuk mempunyai
etos kerja yang sesuai dengan Al-Qur'an dan hadits supaya dapat menjadi seseorang
yang profesional, ahli dan bermanfaat bagi masyarakat. Allah SWT bahkan
memerintahkan hamba-Nya untuk bekerja dalam surat At-Taubah ayat 105:
وَقُلِ ٱعْمَلُوا۟ فَسَيَرَى ٱللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُۥ
وَٱلْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَٰلِمِ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم
بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Artinya: "Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan
Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata,
lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan."
Tetapi, meski Allah
memerintahkan hamba-Nya untuk bekerja, Allah tidak memaksa hambanya bekerja di
luar batas kemampuannya. Seperti dalam firman Allah dalam Q.S. Al Baqarah ayat
286:
لَا يُكَلِّفُ
اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ
ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ اِنْ نَّسِيْنَآ اَوْ اَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا
تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهٗ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا
وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهٖۚ وَاعْفُ عَنَّاۗ وَاغْفِرْ لَنَاۗ
وَارْحَمْنَا ۗ اَنْتَ مَوْلٰىنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ
Artinya: “Allah tidak membebani
seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari
(kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang
diperbuatnya. (Mereka berdoa), “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika
kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani
kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang
sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang
tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah
kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang
kafir.”
Selain itu juga, Rasulullah
SAW juga pernah bersabda: “Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup
selamanya, dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan-akan kamu mati besok.” Dalam ungkapan lain dikatakan juga oleh
Rasulullah SAW bahwa, “Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah,
Memikul kayu lebih mulia dari pada mengemis, Mukmin yang kuat lebih baik dari
pada muslim yang lemah. Allah menyukai mukmin yang kuat bekerja.”
Menurut Toto Tasmara dalam
bukunya yang berjudul Etos Kerja Pribadi Muslim, bekerja bagi seorang Muslim merupakan
sebuah usaha yang serius, yang mengerahkan segala harta, pikiran, dan dzikir
untuk mengungkapkan makna diri sebagai hamba Allah yang harus menundukkan dunia
dan menempatkan dirinya untuk menjadi umat yang terbaik (khaira ummah).
Etos kerja yang tinggi sama
sekali tidak ada hubungannya dengan jenis kelamin (Perempuan dan laki-laki), tetapi
yang membedakannya adalah landasan ketaqwaan, khususnya dorongan keimanan yang kuat,
seperti firman Allah SWT QS An-Nahl: 97:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا
مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ
وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
Artinya: “Barangsiapa mengerjakan
kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti
akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
Tujuan Etos Kerja dalam Islam
1.
Penghapusan
dosa-dosa tertentu yang tidak dapat dihapus dengan melakukan puasa dan sholat.
إِنَّ مِنَ الذُّنُوْبِ لَذُنُوْبًا، لاَ تُكَفِّرُهَا الصَّلاةُ
وَلاَ الصِّياَمُ وَلاَ الْحَجُ وَلاَ الْعُمْرَةُ، قَالَ وَمَا تُكَفِّرُهَا يَا رَسُوْلَ
اللهِ؟ قاَلَ الْهُمُوْمُ فِيْ طَلَبِ الْمَعِيْشَةِ رواه الطبراني
“Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa
Rasulullah SAW bersabda, 'Sesungguhnya diantara dosa-dosa itu terdapat suatu
dosa yang tidak dapat diampuni dengan shalat, puasa, haji dan juga umrah."
Sahabat bertanya, "Apa yang bisa menghapuskannya wahai Rasulullah?".
Beliau menjawab, "Semangat dalam mencari rizki". (HR. Thabrani, dalam Al-Mu'jam
Al-Ausath I/38)
2.
Terhindar
dari azab
Dikatakan pada sebuah Riwayat, "Pada
suatu saat, Saad bin Muadz Al-Anshari berkisah bahwa ketika Nabi Muhammad SAW
baru kembali dari Perang Tabuk, beliau melihat tangan Sa'ad yang melepuh,
kulitnya gosong kehitam-hitaman karena diterpa sengatan matahari. Rasulullah
bertanya, 'Kenapa tanganmu?' Saad menjawab, 'Karena aku mengolah tanah dengan
cangkul ini untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku."
Kemudian Rasulullah SAW mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata,
'Inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh oleh api neraka'" (HR.
Tabrani)
3.
Memenuhi
ibadah dan akan diampuni dosa-dosanya oleh Allah SWT
مَنْ أَمْسَى كَالاًّ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ أَمْسَى مَغْفُوْرًا
لَهُ رواه الطبراني
“Dari Ibnu Abbas ra berkata, Aku
mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Barang siapa yang merasakan keletihan pada
sore hari, karena pekerjaan yang dilakukan oleh kedua tangannya, maka ia
dapatkan dosanya diampuni oleh Allah SWT pada sore hari tersebut." (HR. Imam Tabrani, dalam Al-Mu'jam
Al-Ausath VII/ 289)
Selain itu,
terdapat hadist yang menerangkan bahwa setiap amalan bergantung dari niatnya,
dan setiap umat akan mendapatkan balasan dari Allah SWT dari apa yang orang
tersebut niatkan.
Rasulullah SAW pernah bersabda,
إِنَّمَا
الأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ ، وَإِنَّمَا لاِمْرِئٍ مَا نَوَى ، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ
إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ ، وَمَنْ كَانَتْ
هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا ، فَهِجْرَتُهُ
إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung
pada niatnya. Dan setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang
hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, mkaa hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya.
Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya,
maka hijrahnya kepada yang ia tuju.”
(HR. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907)
Manfaat dari Etos Kerja
Beberapa manfaat dari etos kerja adalah:
1. Memiliki Wawasan yang Luas
Dengan memiliki etos kerja yang tinggi,
biasanya orang tersebut juga mempunyai wawasan yang luar sebab mereka ingin
mengembangkan diri mereka dengan meninggatkan potensi diri sendiri seperti
skill.
2. Memiliki Tanggung Jawab yang Baik
Orang yang memiliki etos kerja yang
tinggi dapat dilihat dari cara mereka menjalankan seluruh tanggung jawab yang
telah diberikan oleh atasan dengan baik.
3. Mempunyai Reputasi yang Positif
Manusia yang etos kerjanya tinggi dapat
memberikan dampak positif kepada mereka salah satunya yaitu memiliki reputasi
yang potsitif. Orang tersebut terkenal akan dedikasi dan ketekunan yang
dimilikinya saat bekerja sehingga mendapatkan kepercayaan dari orang lain.
4. Memiliki Mental yang Kuat
Orang yang mempunyai tekat yang tinggi
diperkirakan lebih mampu untuk bertahan dari stress dan mampu untuk menjalani
tantangan dengan tenang dan tidak terpengaruh oleh tekanan situasi apapun itu.
5. Prestasi yang Optimal
Orang yang menunjukkan ketekunannya dan
konsisten dalam bekerja adalah suatu kunci untuk mencapai suatu prestasi.
Selain itu menetapkan tujuan yang jelas dan terarah akan membantu untuk
mencapai prestasi yang optimal. Manusia
dapat mencapai prestasi yang optimal akan memberi dampak positif pada kehidupannya.
6. Memberikan Kreativitas
Dengan kreativitas, dapat dibuka sebuah
pintu untuk memberi ide-ide baru yang kreatif dan inovatif. Dan apabila
ditambahkan dengan etos kerja, maka akan diberikan sebuah fondasi yang lebih
kuat dengan adanya ketekunan dan kerja keras yang diberikan untuk mencapai
ide-ide tersebut.
7. Merupakan Sebuah Ibadah
Apabila seseorang menganggap pekerjaan
yang ia jalani merupakan sebuah ibadah, maka orang tersebut akan menjadi
semakin tawakal dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Niat untuk mencari ridha
dari Allah SWT juga memberikan motivasi dalam menjalani pekerjaan sehari-hari.
8. Rasa Syukur yang Tinggi
Dengan menganggap etos kerja sebagai
ibadah, hal tersebut membantu seseorang tersebut untuk bersyukur akan
kesuksesan yang didapatkan. Dengan bersyukur maka akan menciptakan rasa rendah
hati dan syukur akan pekerjaannya sehingga menanggap bahwa hal yang dia
kerjakan merupakan suatu bentuk pengabdian untuk Allah SWT.
9. Mengembangkan Karakter
Memberikan pembentukan nilai-nilai
seperti ketekunan, kejujuran, tanggung jawab, dan kedisiplinan adalah salah
satu bagian dari karakter seorang muslim yang diinginkan oleh Allah SWT.
10. Memiliki Etika
Etos kerja membantu seseorang untuk
memiliki perilaku yang etis dan hormat kepada sesama, menghargai antar sesama,
dan menghindari keburukan yang bertentangan dengan agama islam.
Pentingnya Etos Kerja dalam Mencapai Prestasi Optimal
Pada sebuah studi yang
diterbitkan oleh Journal of Applied Psychology, dijelaskan bahwa
seseorang yang mempunyai etos kerja lebih mampu untuk menciptakan nilai tambah
dan lingkungan kerja yang memotivasi dan mendukung pertumbuhan karir.
Etos
kerja memegang peranan penting untuk meningkatkan suatu kualitas kerja. Dengan
memiliki kesadaran tentang betapa pentingnya setiap tekad dan niat untuk
melibatkan diri dalam pekerjaan akan membawa seseorang tersebut pada pencapaian
hasil yang baik.
Etos
kerja yang baik akan menghasilkan orang-orang yang berkarakter, dapat
dipercaya, dan menjadi inspirasi bagi Masyarakat. Etos kerja juga berperan
penting dalam mempengaruhi kehidupan pribadi seseorang secara positif. Hal ini
dikarekan ketika seseorang tersebut menjalani hidupnya dengan sungguh-sunggu
dan dengan kemampuan terbaik yang dia miliki, maka dia akan merasakan kepuasan
dan pencapaian yang mendalam.
Ciri – Ciri Orang yang Mempunyai Etos Kerja
Berikut adalah beberapa ciri orang yang
memiliki etos kerja yang tinggi:
1. Orang Tersebut Kecanduan Waktu
Salah satu inti etos kerja adalah
bagaimana seseorang menghargai, memahami, dan merasakan nilai waktunya adalah
berharga. Ia menyadari bahwa waktu bersifat netral, terus bergerak dari satu
momen ke momen berikutnya, dan tidak pernah kembali ke detik sebelumnya.
Seorang muslim berkata, “Waktu adalah
kekuatan. Bila kita memanfaatkan seluruh
waktu, kita sedang
berada di atas
jalan keberuntungan.” Hal ini sebagaimana firman-Nya:
وَالْعَصْرِ(1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ(2) إِلَّا الَّذِينَ
آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Artinya: “Demi masa. Sesungguhnya
manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan
nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Q.S. AL-Asrh: 1-3)
2.
Memiliki
sikap Ikhlas
Menurut Muhammad Djakfar (2012: 97-98) Sikap
ikhlas bukan hanya output dari cara dirinya melayani, melainkan juga input atau
masukan yang membentuk kepribadiannya didasarkan pada sikap yang bersih. Bahkan, cara dirinya mencari rezeki,
makanan, dan minuman yang masuk ke dalam tubuhnya, adalah bersih
semata-mata. Dengan demikian, Ikhlas
merupakan energi batin yang akan
membentengi diri dari
segala bentuk yang
kotor.
Bekerja untuk mencari rezeki, tetapi
rezeki itu tidak boleh didapatkan dari sesuatu atau usaha yang haram dan bathil
menurut islam. Allah SWT berfirman dalam Q.S. An-Nisa: 29-30
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا لَا تَاۡكُلُوۡۤا اَمۡوَالَـكُمۡ
بَيۡنَكُمۡ بِالۡبَاطِلِ اِلَّاۤ اَنۡ تَكُوۡنَ تِجَارَةً عَنۡ تَرَاضٍ مِّنۡكُمۡ
وَلَا تَقۡتُلُوۡۤا اَنۡـفُسَكُمۡؕ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُمۡ رَحِيۡمًا ٢٩
وَمَنۡ يَّفۡعَلۡ ذٰ لِكَ عُدۡوَانًا وَّظُلۡمًا فَسَوۡفَ نُصۡلِيۡهِ
نَارًا ؕ وَكَانَ ذٰ لِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيۡرًا ٣٠
Artinya: “Wahai orang-orang yang
beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil
(tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka
di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang
kepadamu. Dan barang siapa berbuat demikian dengan cara melanggar hukum dan
zalim, akan Kami masukkan dia ke dalam neraka. Yang demikian itu mudah bagi
Allah.”
3.
Memiliki
Pendirian
Konsistensi adalah kemampuan untuk
mengikuti prinsip, pantang menyerah, dan tetap berpegang teguh pada pendirian
meskipun menghadapi risiko yang membahayakan diri sendiri. Rasulullah SAW
menyampaikan bahwa Allah menyukai hambanya yang mau bekerja dengan itqan. Kerja
itqan merupakan kerja tuntas. Melakukan sesuatu dengan efektif sehingga mampu
selesai dengan optimal.
Prinsip Dalam Bekerja Bagi Seorang Muslim
Beberapa
prinsip dalam bekerja bagi seorang muslim:
1. Kerja keras
Menurut Kesuma,
dkk (2011) kerja keras adalah suatu istilah yang melingkupi suatu upaya yang
terus dilakukan (tidak pernah menyerah) dalam menyelesaikan pekerjaan atau yang
menjadi tugasnya sampai tuntas. Kerja keras bukan berarti bekerja sampai tuntas
lalu berhenti, yang dimaksud adalah mengarah pada visi besar yang harus dicapai
untuk kebaikan/ kemaslahatan manusia dan lingkungannya.
Biasanya karena
seringkalinya seseorang merasa sudah tidak tahan dengan kemiskinan, maka orang
tersebut akan menghalalkan semua cara agar ingin cepat menjadi kaya. Hal ini
sangat dibenci Allah karena Allah memerintahkan setiap muslim agar bekerja
keras. Bekerja dengan jujur dan halal akan dikategorikan sebagai ibadah
(jihad).
Beberapa
indikator yang menunjukkan bahwa seseorang tersebut kerja keras antara lain
yaitu:
1.
Tidak
pantang menyerah ketika menghadapi masalah
2.
Mengejar
tujuan sampai tujuan itu tercapai
3.
bersungguh-sungguh
saat mengerjakan sesuatu
2. Kerja cerdas
Terceritakan
dalam kisah Nabi Sulaiman AS bahwa apabila etos kerja digambarkan dengan
semangat kerja, maka etos kerja bagi seorang muslim bersumber dari visinya,
yaitu untuk meraih kebaikan dunia dan kebaikan akhirat.
3.
Kerja
ikhlas
Bekerja harus dengan Ikhlas untuk mengharapkan ridho dari Allah SWT. Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya diantara dosa-dosa, ada yang tidak bisa dihapus dengan pahala puasa, salat haji, dan umroh, namun hanya bisa dihapus dengan kesusah payahan dalam mencari nafkah". (H.R Bukhari).
Tahapan Menuju Etos Kerja yang lebih Optimal
1.
Diawali
dari Diri Sendiri
Hal ini dapat
dimulai dari langkah yang sederhana yaitu makan makanan yang bergizi, tidur
dengan teratur, rajin berolah raga, menghindari perbuatan yang dapat merugikan
diri sendiri
2.
Menggunakan
Waktu dengan Baik
Salah satu
langkah menuju sebuah kesuksesan adalah menggunakan waktu dengan baik atau
bijak. Tidak menunda-nunda waktu dan disiplin dalam segala kegiatan, dan rajin
beribadah merupakan langkah awal untuk membiasakan diri untuk memanfaatkan
waktu dengan baik.
Rasulullah
pernah bersabda dan menasehati seorang pria:
اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ: شَبَابَكَ
قَبْلَ هَرَمِكَ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ، وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ، وَفَرَاغَكَ
قَبْلَ شُغْلِكَ، وَحَيَاتِكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
Artinya: "Jagalah
lima perkara sebelum (datang) lima perkara (lainnya). Mudamu sebelum masa
tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum
sibukmu dan hidupmu sebelum matimu." (HR Nasai dan Baihaqi)
Lima perkara yang disebutkan
antara lain adalah:
1.
Mudamu
sebelum masa tuamu
Maksud
dari perkara ini adalah apabila seorang individu telah memasuki masa lanjut
usia, maka dia akan memiliki keterbatasan kemampuan dalam melakukan sesuatu.
Oleh karena itu, selagi seseorang masih muda, diharapkan mereka memaksimalkan
masa mudanya dengan kegiatan yang bermanfaat dan belajar dengan giat untuk mencapai
cita-citanya.
2.
Sehatmu
sebelum sakitmu
Kesehatan
merupakan nikmat besar yang diberikan Allah untuk hamba-Nya. Maka sebagai
hamba-Nya diharapkan untuk selalu menjaga kesehaatan.
3.
Kayamu
sebelum miskinmu
Bersyukur
merupakan kewajiban bagi siapa saja. Apabila Allah memberikan nikmat berupa
harta yang berlimpah, maka hamba tersebut diwajibkan untuk bersyukur kepada-Nya
sebab di luar sana masih banyak orang yang membutuhkan. Atau mereka bisa
memberi Sebagian hartanya kepada yang membutuhkan.
4.
Waktu
luangmu sebelum sibukmu
Selagi
memiliki waktu luang, maka manfaatkan waktu tersebut dengan melakukan hal yang
bermanfaat seperti beribadah, bersedekah, belajar, dan lain sebagainya.
5.
Hidupmu
sebelum matimu
Kematian
merupakan hal yang pasti terjadi kepada setiap individu. Oleh maka itu, ketika
seseorang masih diberi kesempatan hidup oleh Allah SWT, perbanyak amalan-amalan
baik sebelum menjelang kematian. Hindari kegiatan yang dapat merugikan diri
sendiri dan orang lain sebab di akhirat Allah akan meminta pertanggung jawaban
pada setiap kegiatan yang hamba-Nya lakukan di dunia.
3.
Tidak
Mudah Menyerah
Putus asa adalah
perasaan seseorang yang merasa telah gagal dalam menjalani hidupnya, entah itu
gagal dalam mewujudkan tujuan, harapan, atau impiannya, sehingga tidak ada
keinginan untuk berusaha atau bekerja lebih keras menurut Alfiah Berkah (2019).
Buya Hamka mengatakan bahwa putus asa adalah suatu gejala dari penyakit jiwa
yang menimpa seseorang sehingga jiwa dia menjadi kosong dan akan bertambah
kosong setelah nikmat-Nya dicabut.
Menurut Umy Sharah Utami (2021: 32)
putus asa disebabkan oleh dua faktor yaitu:
1.
Faktor
internal
Saat suatu individu mempunyai akhlak
yang baik, maka dia akan terbebas dari gangguan jiwa. Tetapi, jika individu
tersebut memiliki akhlak yang rendah, maka dengan mudah mereka akan mengidap
depresi dan rasa putus asa, dan dapat berakhir dengan membunuh dirinya sendiri.
Allah SWT telah berfirman dalam Q.S. An-Nisa ayat 29,
.وَلَا
تَقْتُلُوْٓا اَنْفُسَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيْمًا
Artinya:
"... Janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.”
Allah menyayangi hamba-Nya yang sabar
dan tidak putus asa. Agama islam tidak mengajarkan hambanya untuk berputus asa,
setiap individu yang menemui kegagalan pasti akan memiliki jalan keluarnya
sebab Allah tidak akan memberikan hamba-Nya ujian di luar batas kemampuannya.
Seperti firman Allah pada Q.S. Al-Baqarah ayat 286:
لا يكلف الله نفساً إلا وسعها
Artinya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”
2.
Faktor
eksternal
Faktor ini dikatakan sebagai ujian yang
diberikan oleh Allah untuk hamba-Nya, baik yang diberikan adalah cobaan yang
datang dari keburukan ataupun kebaikan.
Dalam hal keburukan, individu tersebut
dianggap tidak mampu untuk mengambil hikmah dari musibah yang menimpanya,
memendam rasa kesedihan yang berlebihan dan penyesalan yang mendalam. Rasa
penyesalan dan kesedihan yang berlebihan akan membuat rasa putus asa akan
bertambah pada diri seorang. Hal tersebut telah dijelaskan oleh Allah pada Al
Quran surat Al-Hadid ayat 23,
لِّكَيْلَا
تَأْسَوْا عَلٰى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوْا بِمَآ اٰتٰىكُمْۗ وَاللّٰهُ لَا
يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۙ ٢
Artinya:
“(Yang demikian itu kami tetapkan) agar kamu tidak bersedih terhadap apa
yang luput dari kamu dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang
diberikan-Nya kepadamu. Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi
membanggakan diri.”
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa etos
kerja pada seorang muslim yaitu mengharapkan ridha dari Allah SWT, tidak mudah
untuk berputus asa, semangat dalam menjalani pekerjaannya, dan masih banyak
lagi. Etos kerja telah menyatu pada segala aspek kehidupan di dunia mulai dari
zaman para nabi hingga sekarang. Beberapa faktor yang menentukan faktor apakah
seseorang tersebut memiliki etos kerja yang rendah dan tinggi antara lain
adalah faktor lingkungan, budaya, ataupun agama.
Apabila seorang muslim
memiliki etos kerja yang rendah dan mudah putus asa, hal tersebut dapat
diakibatkan dari berbagai faktor seperti internal maupun eksternal, bukan
karena ajaran islam. Hal ini disebabkan karena Allah tidak akan memberikan
cobaan yang di luar kemampuan hambanya.
Oleh sebab itu, sebagai seorang muslim diharapkan semuanya menanamkan etos kerja yang tinggi pada diri masing-masing sehingga dapat mencapai kesuksesan dan prestasi yang diinginkan di dunia maupun akhirat
Daftar Pustaka
Asiyah, B. N. (2019). Etos Kerja Dalam Islam.
Azkiya, G. (2024, Januari 15). Apa
itu Etos Kerja? Pengertian, Ciri-ciri, dan Cara Menumbuhkannya. Diambil
kembali dari Skill Academy: https://blog.skillacademy.com/etos-kerja-adalah
Diyah Fitriyani1, O. S. (2019).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja Pegawai Kecamatan Sidorejo
Salatiga. Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora, 24-34.
Fitriyani, A. T. (2023). Nilai Kerja
dan Etos Kerja Dalam Islam. Jurnal Cendekia Ilmiah Vol 3, No I,
252-261.
Fuaddi, H. (2018). Etos Kerja Dalam
Perspektif Islam. Jurnal Al-Amwal Vol 7, NO I.
M. Mas’ud Asyhari, C. A. (2022).
Konsep Etos Kerja dalam Islam. Abdurrauf Journal of Islamic Studies
(ARJIS) Vol I, No 2, 134-147.
Muhammad Abduh Tuasikal, M. (2023,
September 27). Lulus Ataukah Mati Bunuh Diri? Diambil kembali dari
muslim.or.id: https://muslim.or.id/14794-lulus-ataukah-mati-bunuh-diri.html
Opik, B. (2021, Juli 9). Ingat 5
Perkara Sebelum 5 Perkara. Diambil kembali dari bmtaum.co.id:
https://bmtaum.co.id/ingat-5-perkara-sebelum-5-perkara/
Rahman, M. (t.thn.). Pandangan
Al-Qur'an Terhadap Etos Kerja dan Produksi . Jurnal Studi Islam An-Nawa.
Rudi Hartono, M. I. (2019). Peran
Kerja Keras dan Kerja Cerdas Melalui Motivasi Kerja Dalam Meningkatkan
Kinerja Karyawan Agent Asuransi. Studi Pada PT. Prudential Life Assurance
Surabaya.
Saifullah. (2010). Etos Kerja Dalam
Perspektif Islam. Jurnal Sosial Humaniorah.
Setyo, T. (2016). Etos Kerja Tinggi
Cermin Kepribadian Muslim Unggul. Wahana Akademia Vol 3, No 2,
138-149.