Jumat, 19 Januari 2024

Nama  : Najwa Ruki Umanu

NIM     : 30323030

Prodi   : D3 Farmasi

Kelas : C2

 

Etos Kerja Muslim: Menuju Prestasi yang Optimal

 

Pendahuluan

Kerja adalah sebuah aktivitas yang sangat mulia. Dalam agama islam. Manusia didorong untuk bekerja sehingga dapat menjadi seorang yang mandiri dan dapat membantu orang lain. Oleh sebab itu, dalam agama islam berkerja merupakan sebuah ibadah karena hal tersebut adalah salah satu bukti bahwa umatnya dapat menjalankan perintah dari Allah SWT. Agama islam juga mengatur setiap aspek kehidupan manusia, termasuk mengatur masalah etos kerja.

Dalam bahasa Yunani, etos berasal dari bahasa Yunani yaitu “ethos” yang artinya kepribadian, sikap, karakter, dan watak atas sesuatu. Etos kerja adalah sifat yang muncul atas kehendak dan kesadaran sendiri yang didasari oleh sistem orientasi nilai budaya terhadap kerja (sukardewi, 2013:3).

Menurut Hafidhuddin (2003) Islam mendorong umatnya memiliki semangat bekerja dan beramal, serta menjauhkan diri dari sifat malas. Kerja dalam Islam memiliki nilai tinggi dan mulia, yang merupakan dasar setiap kebesaran dan jalan menuju kesuksusesan. Dengan kerja, manusia akan hidup mulia, dapat merekayasa waktu guna mengembangkan kekayaan (Sahmiar Pulungan, 2014: 512).

 

Etos Kerja dalam Islam

Etos kerja dalam pengertian Islam, dikutip dari laman MUI Digital, merupakan seseorang yang menanamkan pemikiran bahwa bekerja bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga sebagai bentuk dari amal saleh.  Alhasil, orang tersebut akan memperhatikan segala bentuk kehalalan dalam pekerjaannya.

Beberapa unsur yang harus ada dalam etos kerja adalah:

1. ketepatan waktu

2. akhlak yang murni

3. kejujuran

4. istiqom (kuat, mandiri)

 

Setiap umat muslim diminta untuk bekerja, mau seperti apapun hasilnya nanti. Umat muslim diharapkan untuk mempunyai etos kerja yang sesuai dengan Al-Qur'an dan hadits supaya dapat menjadi seseorang yang profesional, ahli dan bermanfaat bagi masyarakat. Allah SWT bahkan memerintahkan hamba-Nya untuk bekerja dalam surat At-Taubah ayat 105:

 

وَقُلِ ٱعْمَلُوا۟ فَسَيَرَى ٱللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُۥ وَٱلْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَٰلِمِ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ



Artinya: "Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan."

 

Tetapi, meski Allah memerintahkan hamba-Nya untuk bekerja, Allah tidak memaksa hambanya bekerja di luar batas kemampuannya. Seperti dalam firman Allah dalam Q.S. Al Baqarah ayat 286:

لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ اِنْ نَّسِيْنَآ اَوْ اَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهٗ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهٖۚ وَاعْفُ عَنَّاۗ وَاغْفِرْ لَنَاۗ وَارْحَمْنَا ۗ اَنْتَ مَوْلٰىنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ

 

Artinya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.”

Selain itu juga, Rasulullah SAW juga pernah bersabda: “Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup selamanya, dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan-akan kamu mati besok.”  Dalam ungkapan lain dikatakan juga oleh Rasulullah SAW bahwa, “Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah, Memikul kayu lebih mulia dari pada mengemis, Mukmin yang kuat lebih baik dari pada muslim yang lemah. Allah menyukai mukmin yang kuat bekerja.”

Menurut Toto Tasmara dalam bukunya yang berjudul Etos Kerja Pribadi Muslim, bekerja bagi seorang Muslim merupakan sebuah usaha yang serius, yang mengerahkan segala harta, pikiran, dan dzikir untuk mengungkapkan makna diri sebagai hamba Allah yang harus menundukkan dunia dan menempatkan dirinya untuk menjadi umat yang terbaik (khaira ummah).

Etos kerja yang tinggi sama sekali tidak ada hubungannya dengan jenis kelamin (Perempuan dan laki-laki), tetapi yang membedakannya adalah landasan ketaqwaan, khususnya dorongan keimanan yang kuat, seperti firman Allah SWT QS An-Nahl: 97:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

 

Artinya: “Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”

 

Tujuan Etos Kerja dalam Islam

1.     Penghapusan dosa-dosa tertentu yang tidak dapat dihapus dengan melakukan puasa dan sholat.

 

إِنَّ مِنَ الذُّنُوْبِ لَذُنُوْبًا، لاَ تُكَفِّرُهَا الصَّلاةُ وَلاَ الصِّياَمُ وَلاَ الْحَجُ وَلاَ الْعُمْرَةُ، قَالَ وَمَا تُكَفِّرُهَا يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قاَلَ الْهُمُوْمُ فِيْ طَلَبِ الْمَعِيْشَةِ رواه الطبراني

 

“Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, 'Sesungguhnya diantara dosa-dosa itu terdapat suatu dosa yang tidak dapat diampuni dengan shalat, puasa, haji dan juga umrah." Sahabat bertanya, "Apa yang bisa menghapuskannya wahai Rasulullah?". Beliau menjawab, "Semangat dalam mencari rizki". (HR. Thabrani, dalam Al-Mu'jam Al-Ausath I/38)

 

2.     Terhindar dari azab

Dikatakan pada sebuah Riwayat, "Pada suatu saat, Saad bin Muadz Al-Anshari berkisah bahwa ketika Nabi Muhammad SAW baru kembali dari Perang Tabuk, beliau melihat tangan Sa'ad yang melepuh, kulitnya gosong kehitam-hitaman karena diterpa sengatan matahari. Rasulullah bertanya, 'Kenapa tanganmu?' Saad menjawab, 'Karena aku mengolah tanah dengan cangkul ini untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku." Kemudian Rasulullah SAW mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata, 'Inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh oleh api neraka'" (HR. Tabrani)

 

3.     Memenuhi ibadah dan akan diampuni dosa-dosanya oleh Allah SWT

 

مَنْ أَمْسَى كَالاًّ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ أَمْسَى مَغْفُوْرًا لَهُ رواه الطبراني

 

“Dari Ibnu Abbas ra berkata, Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Barang siapa yang merasakan keletihan pada sore hari, karena pekerjaan yang dilakukan oleh kedua tangannya, maka ia dapatkan dosanya diampuni oleh Allah SWT pada sore hari tersebut." (HR. Imam Tabrani, dalam Al-Mu'jam Al-Ausath VII/ 289)

 

Selain itu, terdapat hadist yang menerangkan bahwa setiap amalan bergantung dari niatnya, dan setiap umat akan mendapatkan balasan dari Allah SWT dari apa yang orang tersebut niatkan.

 

Rasulullah SAW pernah bersabda,

 

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ ، وَإِنَّمَا لاِمْرِئٍ مَا نَوَى ، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا ، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

 

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Dan setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, mkaa hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907)

 

 

Manfaat dari Etos Kerja

Beberapa manfaat dari etos kerja adalah:

1. Memiliki Wawasan yang Luas

Dengan memiliki etos kerja yang tinggi, biasanya orang tersebut juga mempunyai wawasan yang luar sebab mereka ingin mengembangkan diri mereka dengan meninggatkan potensi diri sendiri seperti skill.


 2. Memiliki Tanggung Jawab yang Baik

Orang yang memiliki etos kerja yang tinggi dapat dilihat dari cara mereka menjalankan seluruh tanggung jawab yang telah diberikan oleh atasan dengan baik.


 3. Mempunyai Reputasi yang Positif

Manusia yang etos kerjanya tinggi dapat memberikan dampak positif kepada mereka salah satunya yaitu memiliki reputasi yang potsitif. Orang tersebut terkenal akan dedikasi dan ketekunan yang dimilikinya saat bekerja sehingga mendapatkan kepercayaan dari orang lain.


4. Memiliki Mental yang Kuat

Orang yang mempunyai tekat yang tinggi diperkirakan lebih mampu untuk bertahan dari stress dan mampu untuk menjalani tantangan dengan tenang dan tidak terpengaruh oleh tekanan situasi apapun itu.

 

5.  Prestasi yang Optimal

Orang yang menunjukkan ketekunannya dan konsisten dalam bekerja adalah suatu kunci untuk mencapai suatu prestasi. Selain itu menetapkan tujuan yang jelas dan terarah akan membantu untuk mencapai prestasi yang optimal.  Manusia dapat mencapai prestasi yang optimal akan memberi dampak positif pada kehidupannya.

 

6. Memberikan Kreativitas

Dengan kreativitas, dapat dibuka sebuah pintu untuk memberi ide-ide baru yang kreatif dan inovatif. Dan apabila ditambahkan dengan etos kerja, maka akan diberikan sebuah fondasi yang lebih kuat dengan adanya ketekunan dan kerja keras yang diberikan untuk mencapai ide-ide tersebut.

 

7. Merupakan Sebuah Ibadah

Apabila seseorang menganggap pekerjaan yang ia jalani merupakan sebuah ibadah, maka orang tersebut akan menjadi semakin tawakal dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Niat untuk mencari ridha dari Allah SWT juga memberikan motivasi dalam menjalani pekerjaan sehari-hari.

 

8. Rasa Syukur yang Tinggi

Dengan menganggap etos kerja sebagai ibadah, hal tersebut membantu seseorang tersebut untuk bersyukur akan kesuksesan yang didapatkan. Dengan bersyukur maka akan menciptakan rasa rendah hati dan syukur akan pekerjaannya sehingga menanggap bahwa hal yang dia kerjakan merupakan suatu bentuk pengabdian untuk Allah SWT.

 

9. Mengembangkan Karakter

Memberikan pembentukan nilai-nilai seperti ketekunan, kejujuran, tanggung jawab, dan kedisiplinan adalah salah satu bagian dari karakter seorang muslim yang diinginkan oleh Allah SWT.


10. Memiliki Etika

Etos kerja membantu seseorang untuk memiliki perilaku yang etis dan hormat kepada sesama, menghargai antar sesama, dan menghindari keburukan yang bertentangan dengan agama islam.

 

 

Pentingnya Etos Kerja dalam Mencapai Prestasi Optimal

Pada sebuah studi yang diterbitkan oleh Journal of Applied Psychology, dijelaskan bahwa seseorang yang mempunyai etos kerja lebih mampu untuk menciptakan nilai tambah dan lingkungan kerja yang memotivasi dan mendukung pertumbuhan karir.

            Etos kerja memegang peranan penting untuk meningkatkan suatu kualitas kerja. Dengan memiliki kesadaran tentang betapa pentingnya setiap tekad dan niat untuk melibatkan diri dalam pekerjaan akan membawa seseorang tersebut pada pencapaian hasil yang baik.

            Etos kerja yang baik akan menghasilkan orang-orang yang berkarakter, dapat dipercaya, dan menjadi inspirasi bagi Masyarakat. Etos kerja juga berperan penting dalam mempengaruhi kehidupan pribadi seseorang secara positif. Hal ini dikarekan ketika seseorang tersebut menjalani hidupnya dengan sungguh-sunggu dan dengan kemampuan terbaik yang dia miliki, maka dia akan merasakan kepuasan dan pencapaian yang mendalam.

 

 

Ciri – Ciri Orang yang Mempunyai Etos Kerja

Berikut adalah beberapa ciri orang yang memiliki etos kerja yang tinggi:

1.     Orang Tersebut Kecanduan Waktu

Salah satu inti etos kerja adalah bagaimana seseorang menghargai, memahami, dan merasakan nilai waktunya adalah berharga. Ia menyadari bahwa waktu bersifat netral, terus bergerak dari satu momen ke momen berikutnya, dan tidak pernah kembali ke detik sebelumnya.

Seorang muslim berkata, “Waktu adalah kekuatan. Bila kita  memanfaatkan  seluruh  waktu,  kita  sedang  berada  di  atas  jalan keberuntungan.” Hal ini sebagaimana firman-Nya:

 

وَالْعَصْرِ(1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ(2) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

 

Artinya: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Q.S. AL-Asrh: 1-3)

 

2.     Memiliki sikap Ikhlas

Menurut Muhammad Djakfar (2012: 97-98) Sikap ikhlas bukan hanya output dari cara dirinya melayani, melainkan juga input atau masukan yang membentuk kepribadiannya didasarkan pada sikap yang bersih.   Bahkan, cara dirinya mencari rezeki, makanan, dan minuman yang masuk ke dalam tubuhnya, adalah bersih semata-mata.  Dengan demikian, Ikhlas merupakan energi batin yang akan   membentengi   diri   dari   segala   bentuk   yang   kotor.

Bekerja untuk mencari rezeki, tetapi rezeki itu tidak boleh didapatkan dari sesuatu atau usaha yang haram dan bathil menurut islam. Allah SWT berfirman dalam Q.S. An-Nisa: 29-30

 

 

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا لَا تَاۡكُلُوۡۤا اَمۡوَالَـكُمۡ بَيۡنَكُمۡ بِالۡبَاطِلِ اِلَّاۤ اَنۡ تَكُوۡنَ تِجَارَةً عَنۡ تَرَاضٍ مِّنۡكُمۡ​ وَلَا تَقۡتُلُوۡۤا اَنۡـفُسَكُمۡ​ؕ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُمۡ رَحِيۡمًا‏ ٢٩

وَمَنۡ يَّفۡعَلۡ ذٰ لِكَ عُدۡوَانًا وَّظُلۡمًا فَسَوۡفَ نُصۡلِيۡهِ نَارًا​ ؕ وَكَانَ ذٰ لِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيۡرًا‏ ٣٠

 

 

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu. Dan barang siapa berbuat demikian dengan cara melanggar hukum dan zalim, akan Kami masukkan dia ke dalam neraka. Yang demikian itu mudah bagi Allah.”


3.     Memiliki Pendirian

Konsistensi adalah kemampuan untuk mengikuti prinsip, pantang menyerah, dan tetap berpegang teguh pada pendirian meskipun menghadapi risiko yang membahayakan diri sendiri. Rasulullah SAW menyampaikan bahwa Allah menyukai hambanya yang mau bekerja dengan itqan. Kerja itqan merupakan kerja tuntas. Melakukan sesuatu dengan efektif sehingga mampu selesai dengan optimal.

 

Prinsip Dalam Bekerja Bagi Seorang Muslim

Beberapa prinsip dalam bekerja bagi seorang muslim:

1.     Kerja keras

Menurut Kesuma, dkk (2011) kerja keras adalah suatu istilah yang melingkupi suatu upaya yang terus dilakukan (tidak pernah menyerah) dalam menyelesaikan pekerjaan atau yang menjadi tugasnya sampai tuntas. Kerja keras bukan berarti bekerja sampai tuntas lalu berhenti, yang dimaksud adalah mengarah pada visi besar yang harus dicapai untuk kebaikan/ kemaslahatan manusia dan lingkungannya.

Biasanya karena seringkalinya seseorang merasa sudah tidak tahan dengan kemiskinan, maka orang tersebut akan menghalalkan semua cara agar ingin cepat menjadi kaya. Hal ini sangat dibenci Allah karena Allah memerintahkan setiap muslim agar bekerja keras. Bekerja dengan jujur dan halal akan dikategorikan sebagai ibadah (jihad).

Beberapa indikator yang menunjukkan bahwa seseorang tersebut kerja keras antara lain yaitu:

1.     Tidak pantang menyerah ketika menghadapi masalah

2.     Mengejar tujuan sampai tujuan itu tercapai

3.     bersungguh-sungguh saat mengerjakan sesuatu

 

2.     Kerja cerdas

Terceritakan dalam kisah Nabi Sulaiman AS bahwa apabila etos kerja digambarkan dengan semangat kerja, maka etos kerja bagi seorang muslim bersumber dari visinya, yaitu untuk meraih kebaikan dunia dan kebaikan akhirat.

 

3.     Kerja ikhlas

Bekerja harus dengan Ikhlas untuk mengharapkan ridho dari Allah SWT. Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya diantara dosa-dosa, ada yang tidak bisa dihapus dengan pahala puasa, salat haji, dan umroh, namun hanya bisa dihapus dengan kesusah payahan dalam mencari nafkah". (H.R Bukhari).


Tahapan Menuju Etos Kerja yang lebih Optimal

1.     Diawali dari Diri Sendiri

Hal ini dapat dimulai dari langkah yang sederhana yaitu makan makanan yang bergizi, tidur dengan teratur, rajin berolah raga, menghindari perbuatan yang dapat merugikan diri sendiri

 

2.     Menggunakan Waktu dengan Baik

Salah satu langkah menuju sebuah kesuksesan adalah menggunakan waktu dengan baik atau bijak. Tidak menunda-nunda waktu dan disiplin dalam segala kegiatan, dan rajin beribadah merupakan langkah awal untuk membiasakan diri untuk memanfaatkan waktu dengan baik.

Rasulullah pernah bersabda dan menasehati seorang pria:

 

اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ: شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ، وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ، وَحَيَاتِكَ قَبْلَ مَوْتِكَ

 

Artinya: "Jagalah lima perkara sebelum (datang) lima perkara (lainnya). Mudamu sebelum masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum sibukmu dan hidupmu sebelum matimu." (HR Nasai dan Baihaqi)

 

Lima perkara yang disebutkan antara lain adalah:

1.     Mudamu sebelum masa tuamu

Maksud dari perkara ini adalah apabila seorang individu telah memasuki masa lanjut usia, maka dia akan memiliki keterbatasan kemampuan dalam melakukan sesuatu. Oleh karena itu, selagi seseorang masih muda, diharapkan mereka memaksimalkan masa mudanya dengan kegiatan yang bermanfaat dan belajar dengan giat untuk mencapai cita-citanya.

 

2.     Sehatmu sebelum sakitmu

Kesehatan merupakan nikmat besar yang diberikan Allah untuk hamba-Nya. Maka sebagai hamba-Nya diharapkan untuk selalu menjaga kesehaatan.

 

3.     Kayamu sebelum miskinmu

Bersyukur merupakan kewajiban bagi siapa saja. Apabila Allah memberikan nikmat berupa harta yang berlimpah, maka hamba tersebut diwajibkan untuk bersyukur kepada-Nya sebab di luar sana masih banyak orang yang membutuhkan. Atau mereka bisa memberi Sebagian hartanya kepada yang membutuhkan.

 

4.     Waktu luangmu sebelum sibukmu

Selagi memiliki waktu luang, maka manfaatkan waktu tersebut dengan melakukan hal yang bermanfaat seperti beribadah, bersedekah, belajar, dan lain sebagainya.

 

5.     Hidupmu sebelum matimu

Kematian merupakan hal yang pasti terjadi kepada setiap individu. Oleh maka itu, ketika seseorang masih diberi kesempatan hidup oleh Allah SWT, perbanyak amalan-amalan baik sebelum menjelang kematian. Hindari kegiatan yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain sebab di akhirat Allah akan meminta pertanggung jawaban pada setiap kegiatan yang hamba-Nya lakukan di dunia.

 

3.     Tidak Mudah Menyerah

Putus asa adalah perasaan seseorang yang merasa telah gagal dalam menjalani hidupnya, entah itu gagal dalam mewujudkan tujuan, harapan, atau impiannya, sehingga tidak ada keinginan untuk berusaha atau bekerja lebih keras menurut Alfiah Berkah (2019). Buya Hamka mengatakan bahwa putus asa adalah suatu gejala dari penyakit jiwa yang menimpa seseorang sehingga jiwa dia menjadi kosong dan akan bertambah kosong setelah nikmat-Nya dicabut.

Menurut Umy Sharah Utami (2021: 32) putus asa disebabkan oleh dua faktor yaitu:

 

1.     Faktor internal

Saat suatu individu mempunyai akhlak yang baik, maka dia akan terbebas dari gangguan jiwa. Tetapi, jika individu tersebut memiliki akhlak yang rendah, maka dengan mudah mereka akan mengidap depresi dan rasa putus asa, dan dapat berakhir dengan membunuh dirinya sendiri. Allah SWT telah berfirman dalam Q.S. An-Nisa ayat 29,

 

.وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَنْفُسَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيْمًا

 

Artinya: "... Janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

 

Allah menyayangi hamba-Nya yang sabar dan tidak putus asa. Agama islam tidak mengajarkan hambanya untuk berputus asa, setiap individu yang menemui kegagalan pasti akan memiliki jalan keluarnya sebab Allah tidak akan memberikan hamba-Nya ujian di luar batas kemampuannya. Seperti firman Allah pada Q.S. Al-Baqarah ayat 286:

 

لا يكلف الله نفساً إلا وسعها 

 

 

Artinya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”

 

2.     Faktor eksternal

Faktor ini dikatakan sebagai ujian yang diberikan oleh Allah untuk hamba-Nya, baik yang diberikan adalah cobaan yang datang dari keburukan ataupun kebaikan.

Dalam hal keburukan, individu tersebut dianggap tidak mampu untuk mengambil hikmah dari musibah yang menimpanya, memendam rasa kesedihan yang berlebihan dan penyesalan yang mendalam. Rasa penyesalan dan kesedihan yang berlebihan akan membuat rasa putus asa akan bertambah pada diri seorang. Hal tersebut telah dijelaskan oleh Allah pada Al Quran surat Al-Hadid ayat 23,

 

 

لِّكَيْلَا تَأْسَوْا عَلٰى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوْا بِمَآ اٰتٰىكُمْۗ وَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۙ ۝٢

 

                                    

Artinya: “(Yang demikian itu kami tetapkan) agar kamu tidak bersedih terhadap apa yang luput dari kamu dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.”

 


Kesimpulan

 

Dapat disimpulkan bahwa etos kerja pada seorang muslim yaitu mengharapkan ridha dari Allah SWT, tidak mudah untuk berputus asa, semangat dalam menjalani pekerjaannya, dan masih banyak lagi. Etos kerja telah menyatu pada segala aspek kehidupan di dunia mulai dari zaman para nabi hingga sekarang. Beberapa faktor yang menentukan faktor apakah seseorang tersebut memiliki etos kerja yang rendah dan tinggi antara lain adalah faktor lingkungan, budaya, ataupun agama.

Apabila seorang muslim memiliki etos kerja yang rendah dan mudah putus asa, hal tersebut dapat diakibatkan dari berbagai faktor seperti internal maupun eksternal, bukan karena ajaran islam. Hal ini disebabkan karena Allah tidak akan memberikan cobaan yang di luar kemampuan hambanya.

Oleh sebab itu, sebagai seorang muslim diharapkan semuanya menanamkan etos kerja yang tinggi pada diri masing-masing sehingga dapat mencapai kesuksesan dan prestasi yang diinginkan di dunia maupun akhirat

 

 

Daftar Pustaka

 

Asiyah, B. N. (2019). Etos Kerja Dalam Islam.

Azkiya, G. (2024, Januari 15). Apa itu Etos Kerja? Pengertian, Ciri-ciri, dan Cara Menumbuhkannya. Diambil kembali dari Skill Academy: https://blog.skillacademy.com/etos-kerja-adalah

Diyah Fitriyani1, O. S. (2019). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja Pegawai Kecamatan Sidorejo Salatiga. Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora, 24-34.

Fitriyani, A. T. (2023). Nilai Kerja dan Etos Kerja Dalam Islam. Jurnal Cendekia Ilmiah Vol 3, No I, 252-261.

Fuaddi, H. (2018). Etos Kerja Dalam Perspektif Islam. Jurnal Al-Amwal Vol 7, NO I.

M. Mas’ud Asyhari, C. A. (2022). Konsep Etos Kerja dalam Islam. Abdurrauf Journal of Islamic Studies (ARJIS) Vol I, No 2, 134-147.

Muhammad Abduh Tuasikal, M. (2023, September 27). Lulus Ataukah Mati Bunuh Diri? Diambil kembali dari muslim.or.id: https://muslim.or.id/14794-lulus-ataukah-mati-bunuh-diri.html

Opik, B. (2021, Juli 9). Ingat 5 Perkara Sebelum 5 Perkara. Diambil kembali dari bmtaum.co.id: https://bmtaum.co.id/ingat-5-perkara-sebelum-5-perkara/

Rahman, M. (t.thn.). Pandangan Al-Qur'an Terhadap Etos Kerja dan Produksi . Jurnal Studi Islam An-Nawa.

Rudi Hartono, M. I. (2019). Peran Kerja Keras dan Kerja Cerdas Melalui Motivasi Kerja Dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan Agent Asuransi. Studi Pada PT. Prudential Life Assurance Surabaya.

Saifullah. (2010). Etos Kerja Dalam Perspektif Islam. Jurnal Sosial Humaniorah.

Setyo, T. (2016). Etos Kerja Tinggi Cermin Kepribadian Muslim Unggul. Wahana Akademia Vol 3, No 2, 138-149.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nama  : Najwa Ruki Umanu NIM     : 30323030 Prodi   : D3 Farmasi Kelas : C2   Etos Kerja Muslim: Menuju Prestasi yang Optimal  ...